Jadi besar kesempatanku untuk melakukan ide gila itu.Jantungku berdegup kencang ketika dengan pelan-pelan aku menuju ke belakang rumah. Bokep mama Nafasku masih terengah-engah. Aku terseok sebentar ketika mengambil sandal jepitku. Jelas beda! Hampir saja aku jatuh ketika berusaha turun dari ranjang Bulik Tin, kakiku masih terasa lemas dan gemetaran. Tetapi Bulik Tin juga diam saja, seakan-akan menyetujui semua perlakuanku. Bagaimana tega aku menolaknya. Kini Sinta dengan leluasa menarik kolorku hingga sampai mata kaki. Ibuku meninggal pada saat aku berusia 11 tahun karena sakit, sedangkan bapak sejak ibu meninggal, kerja sebagai TKI di Korsel. Tetapi kenapa ketika dia mulai mencium bibirku tadi, rasa benci dan marah terasa lenyap tak berbekas. Bukan dia. Aku jadi ga enak makan sendiri, akhirnya aku bawa piringku ke belakang dan nyuci. Makin senang aku membantunya ketika Bulik Tin hanya memakai daster pendek. “Ok lets finish this! “Tidak. “Belum Bulik, ini Totok mau masukkan si Jalu dulu (ayam jantan piaraanku)
