“Uhh, Ohh.. Bokep mama Tanpa rasa risih, Jenny menanggalkan celana panjang dan raincoat-nya. Namanya, sebut saja Jenny. Ia lalu melangkah menghampiri saya dan mengangkat nampan sarapan pagi dari pangkuan saya. Matanya meredup dan bibir basahnya berbisik agar saya kembali naik ke ranjang. Saya menengok ke arahnya dan kaget setengah mati. Saya sempat heran, orang macam apa sebenarnya teman saya ini. Usai melihat-lihat patung lilin di museum itu, tante dan om saya naik kereta kembali ke hotel mereka, sementara saya masih berjalan-jalan di Bakerstreet (tempat museum tadi berada), karena banyak teman asal Indoneisa yang menginap di apartemen-apartemen sekitar situ. Tiba-tiba dia sudah ada di hadapan saya. “Nggak usah takut, Von.” katanya sambil melangkah cepat, “Kita aman di daerah sini.”
Saya berusaha untuk tetap tenang, meski di kiri kanan saya melihat pria-pria bertubuh besar sedang mabuk atau teler karena narkoba.




















