”Usahakan ya, soalnya aku sudah nggak betah dengar omelan mertuaku.”Sita tersenyum menyanggupi dan menutup teleponnya, meninggalkan aku sendirian di malam yang gelap dan dingin ini.“Aku nanti menginap di rumah Sita, mas.” ujarku sambil membersihkan lelehan sperma mas Danu yang menempel di selangkanganku. Bokep mama ”Yeee, maunya!” aku dan Sita berteriak berbarengan. Dengan berdebar-debar aku menuju kesana.Pintunya tampak tertutup rapat. Aku mulai terisak.“Oh, sudahlah.” bibir Mas Danu kembali bergerak, menghiburku. Kalau begini terus, mana mungkin aku bisa hamil. Dia nampak seperti seorang raja yang sedang dilayani dengan penuh cinta oleh dua orang selirnya. Kukecup mesra bibir mas Danu sebagai rasa terima kasihku karena dia sudah sabar, sangat sabar malah, karena di usia perkawinan kami yang menginjak 2 tahun, aku masih belum bisa memberinya keturunan.“Siap?” aku bertanya.Mas Danu mengangguk. Bang Irul kemudian menciumi kedua paha mulusku dengan penuh nafsu.




















