Saat aku kembali ke kamar, Kak Tina menggodaku. Lalu hidungnya mencium tangannya, aku agak heran. Bokep mama Judulnya Marisa, pengarangnya Freddy S. Aku tersipu malu. Setelah
aku mengganti celana, aku meraih novel itu. Otakku terbakar! “Kak, Saya bisa pinjam nggak?”. Terkadang mengelusnya,
terkadang mengusap sampai ke pangkal pahaku. Berpandangan. Tangan
kak Tina tetap mengelus dan meremas kejantananku dari balik celana. Malam-malam, kalau Kak Tina tidur, aku menjelajahi tubuhnya. Dia suka membaca. Tampak raut wajah Kak Tina berubah. Walaupun masih terhalang oleh pakaiannya. Hanya itu. “Benar. “Mimpi apa kamu, Sapto?”. Otakku terbakar! Besok-besoknya aku
tak pernah memiliki kesempatan untuk menggerayangi lemarinya. Kabar yang
dibawanya dari dokter membuat seisi rumah tersentak. Jantungku berdebar-debar. “Mulai sekarang, hati-hati bergaul” Katanya. Erangannya berubah menjadi jerit tertahan. Paginya aku takut-takut, kalau Kak Tina tahu
ada sisa sperma di dasternya. Aku
terus membacanya, jakunku yang mulai tumbuh bergerak-gerak menelan
ludah. Membolak-baliknya. Tanda kamu sudah dewasa”. Kejantananku yang semakin matang
terasa mengeras, apalagi karena aku memang ingin pipis.