Ia terdiam sejenak, lalu menindihku dengan merebahkan tubuhnya ke atas pinggangku.“Sudah larut malam Kak. Harapku dalam hati.“Bagaimana Kak Dit, nggak keberatan ngantarku. Bokep mama Belum ada satupun yang kuistimewakan dalam hatiku. Namun pikiranku selalu terarah ke tubuh Nidar yang hangat menyentuhku dengan membayangkan gundukan putih mulus yang ada di antara kedua pahanya. Kuberanikan mengangkat pahaku ke atas pahanya yang mulus dan tak terbungkus itu. Ternyata ajakanku dituruti dan duduk di atas tikar sambil ngobrol, sementara kami berdua tetap makan dengan santai.“Oke deh, jika gitu permintaannya, asalkan Kakak tidak merasa terganggu dengan kehadiranku disini, Kakak ini kan mau belajar” katanya sambil memperbaiki duduknya dengan melipat kedua kakinya ke belakan agar tidak terlihat barang berharganya yang sama sekali tak terbungkus itu.Sesekali aku mencoba mengarahkan pandanganku kearahnya siapa tahu aku bisa melihat kembali pemandangan indah itu, tapi nampaknya ia sangat hati-hati dalam duduknya.
