Benar rupanya, kau tak bisa berdansa.”
Aku mendengus malu. Ia tersenyum memandangku. Bokep mama “Arrrgghh.” Aku sudah gelap mata. “Apa yang lucu?” tanyaku. “Baiklah,” ucapnya, “ke sini. Ia masih menatapku tanpa berkata apapun. Ia memandangku dengan bibir setengah terbuka. Sedetik setelah kutarik, saripatiku keluar, menyembur ke atas bulu-bulu kemaluannya. Ia mencium bibirku. Kulihat ia masih berdiri menghadapku dengan senyum di depan stereo set. Aku berusaha sebisa mungkin. Ia meraih tangan kananku, dan meletakkannya di permukaan bulu kemaluannya. Kutekan pinggulku kuat-kuat ke depan. Akhirnya kubuka pintu mobil dan melangkah keluar. “Ahkk,” erangku. Aku menepikan mobil dan menginjak rem. Aku mengambil tempat satu sekat kursi dari tempat ia duduk. “pejamkan matamu.”
Saat kupejamkan mataku, kenikmatan tiada tara merasukiku, kala ia menggerakkan jemarinya yang menggenggam batang kemaluanku.




















