Tapi itu dulu.Hampa kadang terasa. Bokep mama Dan kemudian bus berhenti. Menghayati momen-momen gila tadi. Aku tersenyum kembali. Penisku sudah mulai menyusut. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.Dia memandang ke bawah tubuhku.“Kasihan ya,…” senyumnya menunjuk ke “adikku”. Benar-benar nikmat.Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Kulirik matanya. Hari berangsur gelap.“Pengumuman, bapak ibu. Dia tidak tahan. Tidak nyaman memang. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Tapi aku mendengar dia menghela napas. dia berjalan melangkah dari depan. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.“Mas, mas, maaf …,” ada suara merdu rupanya. Payudaranya besar. Kemudian mengelusnya. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Penisku tetap tegang luar biasa. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Tanganku berhenti di situ. Telaten sekali dia.
