Dan Sinta pun makin lama makin lihai dalam memainkan kontol gue, gue merem melek, sambil terus meremas-remas toket Sinta, dan desahan- desahan yang keluar dari mulut kami sudah tak beraturan. Wah, tambah gede aja lo. Bokep mama Mau ya? oohh”
Gue gesekin kontol gue lebih cepat, Sinta makin beringas, badannya meronta nggak beraturan. “sluurrpp.., sluurrpp.., crruup..”
“Aoohh, teruuss, Siinn.. Aku masih ingat betul, nyampe di Jakarta hari Senin sore di Stasiun Gambir, dan saat itu langsung disambut oleh Oomku sekeluarga.“Hai Vit, gimana kabarnya? Gue cuman bisa menelan ludah. Mama baik?” dan beribu pertanyaan dan komentar yang harus aku tanggapi di perjalanan dari stasiun ke rumah Oomku. jangan..”
“Gue jadi nggak tega ngeliatin mukanya yang memelas”
“OK, nggak pa pa deh, tapi elo mau kan bantu gue?