Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah. “mbak Eva? Bokep mama “nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras. Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Meli mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya. Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku
Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Meli, Andi dan Edwin ternyata sudah










